Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Menu Bar

Selasa, 18 Maret 2014

RESUM BUKU PSIKOLOGI KOMUNIKASI

BAB 1

APAKAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI ITU ?

Pengertian komunikais menurut Wolman :
1. Penyampaian perubahan energy dari datu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan dari organism
3. Pesan yang disampaikan.
4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan oleh satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.
5. (K. Lewin) Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona lainsehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain.
6. Pesan pasien kepada kepada pemberi terapi (dalam psikoterapi).

1.1              Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Syaraf optik menyambungkan impuls-impuls ke otak. 10 sampai 14 juta sel saraf otak, disebut neuron, dirangsang oleh impuls-impuls yang datang. Terjadilah proses persepsi yang menakjubkan. Bagian luar neuron, dendrit, adalah penerima informasi. Soma mengolah informasi dan manggabungkannya. Axon adalah kabel miniaturyang menyampaikan informasi dari alat indera ke otak, otak ke otot, ataudari neuron sau\tu kepada yang lain. Diujung axon terdapatlah serangkaian knop (terminal knop) yang melanjutkan informasi itu. Psikologi menyebut proses ini komunikasi.

Psikologi menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam komunikasi pada diri komunikan, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sfiat-sifatnya dan bertanya: Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak ?

Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat kedalam penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasionalyang mempengaruhinya, dan menjelas kan berbagai coralkomunikan ketika sendiri atau berkelompok.

1.2             Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

Mempelajari komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi sosial. Interaksi social harus didahului dengan kontak dan komunikasi. Oleh karena itu setiap buku komunikasi harus menyinggung komunikasi. Dalam dunia modern teknologi komunikasi telah berkembang begitu rupa sehinggga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa komunikasi.
Untuk memahami organisasi dan berfungsinya kelompok yang sekompleks masyarakat, kita perlu meneliti komunikasi pada seluruh tingkatannya. Salah satu tingkatannya, komunikasi massa, mengisyaratkan penggunaan alat-alat elektronis dan mekanis.ketika masyarakat modern tumbuh lebih bersar dan lebih kompleks, media tersebut makin diandalkan untuk mencapai tujutan kelompok tertententu seperti menyebarkan berita, menyajikan hiburan massa, menjual barang, mengarahkan kesepakatan politik, dan sebagainya. Para ahli psikologi sangat tertarik pada cara bagaimana berbagai corak masyarakat mengembengkan sistem komnunikasi massa tertentu untuk mencapai tujuan mereka.

Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Seperti kutipan di atas melukiskan cirri khas pendekatan sosiologi.

Fisher menyebut empat ciri :
-          Sensory receptionof stimuli (penerimaan stimuli secara inderawi).
-          Internal mediation of stimuli (proses yang mengantarai stimulus dan renspon).
-          Prediction of response (prediksi respon).
-          Reinforment of responses (peneguhan respon).

Psikologi komunikasi melihat bagaimana renpons yang terjadi pada masa yang telah lewat dapat meramalkan respons yang akan datang.

Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan meramalkan dan mengendalikan sifat mental dan behavioral dalam komunikasi (George A. Miller).

Psikologi social adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan bagaimana pikiran, perasaan dan tindakan individu dipengeruhi oleh apa yang dianggapnya pikiran, perasaan dan tindakan oranglain (yang kehadirannya boleh jadi sebenarnya, dibayangkan, atau disiratkan).

Satu pendekatan psikologi komunikasi lagi yang berbeda :
1. Menyingkirkan semua sikap memihakdan semua usaha menilai secara normatif (mana yang benar, mana yang salah).
2. Ketika merumuskan prinsip-prinsip umum, psikolog komunikasi harus menguraikan kejadian menjadi satuan-satuan kecil untuk dianalisis.
3. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan memahami keadaan internal (internal state).                            
1.3            Penggunaan Psikologi Komunikasi

Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs danSylvia Moss menimbulkan lima hal :
1. Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator.

2. Kesenangan
Komunikasi ini disebut komunikasi fatis, dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi ini dapat membuat hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap
Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor –faktor pada diri komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologisehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri”.
4. Hubungan Sosial yang baik
Willliam Schutz (1996) merinci kehidupan sosial ini dalam tiga hal inclusion, control, affection.Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk manumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskandengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection).
Secara singkat kita ingin bargabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal efektif.
5. Tindakan
Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengetian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap.
Efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan kominkate.
Menimbulkan tindakan nyata memang indicator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikapatau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah  hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Cini bukan saja memerlukan pemahaman tentang selruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.





BAB II
KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN

2.1       Konsep Psikologi Manusia

Psikologi sebagai disiplin ilmu baru lahir pada akhir abad 18 Masehi, tetapi akarnya telah menghunjam jauh ke dalam kehidupan primitip ummat manusia. Plato sudah mengatakan bahwa manusia adalah jiwanya, tubuhnya hanya sekedar alat saja. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Hinga kini sekurang-kurangnya ada empat mazhab psikologi, yakni :

(1) Psikoanalisis
(2) Behaviorisme
(3) Kognitif dan
(4) Humanisme
Empat mazhab itu menggambarkan adanya dinamika pemahaman terhadap
manusia yang sifatnya trial and error.

a. Konsempsi Manusia dalam Psikoanalisis
Freud dengan teori psikoanalisanya memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhjluk yang perilakunya dikendlikan oleh alam bawah sadarnya. Menurut teori ini, perilaku manusia merupakan hasil interaksi dari tiga pilar kepribadian; id, ego dan super ego, yakni komponen biologis, psikologis dansocial, atau komponen hewani, intelek dan moral.

b. Konsempsi Manusia dalam Behaviorisme
Teori ini yang memandang perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan yang nampak, yang terukur,  dapat diramal dan dapat dilukiskan. Menurut teori ini manusia disebut  sebagai homo mechanicus, manusia mesin. Mesin adalah benda yang  bekerja tanpa ada motiv di belakangnya, sepenuhnya ditentukan oleh  factor obyektip (bahan baker, kondisi mesin dsb). Manusia tidak  dipersoalkan apakah baik atau tidak, tetapi ia sangat plastis, bisa
dibentuk menjadi apa dan siapa sesuai dengan lingkungan yang dialami  atau yang dipersiapkan untuknya
.
c. Konsempsi Manusia dalamPsikologi Kognitif
Teori ini yang menyatakan bahwa manusia tidak tunduk begitu saja kepada lingkungan, tetapi ia bisa aktip bereaksi secara aktip terhadap lingkungan dengan cara berfikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang dihadapi dan merespond dengan fikiran yang dimiliki. Oleh karena itu menurut teori Kognitif, manusia disebut sebagai homo sapiens, makhluk yang berfikir.

d. Manusia dalam Konsempsi Psikologi Humanistik
Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai eksistensi yang positip dan menentukan. Manusia adalah makhluk yang unik, memiliki cinta, krestifitas, nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Oleh karena itu teori Humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens, yakni manusia yang mengerti  makna kehidupan.
Psikologi lahir dari budaya sekuler, oleh karena itu Psikologi tidak mengenal Tuhan, dosa maupun baik buruk. Yang dikenal dalam Psikologi adalah sehat psikologi dan sakit psikologi. Meski demikian dewasa ini Psikologi Humanistik sudah mulai meraba-raba wilayah yang
sumbernya dari wahyu, yakni disamping membahas kecerdasan intelektual dan emosional, juga dibahas kecerdasan spiritual.

2.2       Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Dewasa ini dua macam psikologi sosial. Yang pertama adalah psikologi sosial (dengan huruf P besar) dan yang kedua psikologi sosial (dengan hurus S besar). Ini menunjukkan dua pendekatan dalam psikologi sosial: ada yang menekankan faktor-faktor psikologis dan ada yang menekankan faktor-faktor sosil: atau dengan istilah lain: faktor-faktor yang timbul dari diri individu (faktor personal), dan faktor yang berpengaruh yang datang dari luar diri individu (faktor environmental).
Ini tercermin dari dua buku yang ditulis William McDougall pada tahun 1908 yang berjudul Introduction to Social Psychology terbit di London, dan Social Psychology terbit di New York. McDougall menekankan pentingnya faktor-faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dan masyarakat. Populernya Behaviorisme memporakporandakan dalil Mcdougall. Orang melihat faktor situasilah yang penting.
Perspektif yang berpusat pada personal mempertahankan faktor internal apakah, baik berupa sikap, instink, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar ada dua faktor yaitu:
1. Faktor biologis
Manusia adalah makhluk biologis yang tidak ada bedanya dengan hewan lain. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini sering disebut “epigenetik rules” mengatur perilaku manusia sejak kecendrungan menghindari incest, kemampuan memahami ekspresi wajah sampai kepada persaingan politik.
Untuk membahas “genetic ingineering” atau “sosial engineering”, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan mengenai pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti :
a. Telah diakui secara menluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkuangan atau situasi. Dahulu orang menyebutnya instink, sekarang Desiderato, Howieson, dan Jakcon (1976:34) menamainya species-characteristic behaviour.
b. Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mempengaruhi perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif  biologis.
2. Faktor-faktos sosiopsikologis
Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya, yang dapat dklasifikasikan ke dalam tiga komponen yaitu: komponen afektif, komponen kognitif, dan motif konatif.

a) Motif sosiogenis
Motif sosiogenis sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Peranannya dalam membentuk perilaku sosial bahkan sangat menentukan.
Berbagai klasifikasi motif sosiogenis yaitu:
W.I. Thomas dan Florida Znaniecki:
Keinginan memperoleh pengalaman baru
Keinginan untuk mendapatkan respons
Keinginan akan pengakuan
Keinginan akan rasa aman
David McClelland:
Kebutuhan berprestasi
Kebutuhan akan kasih sayang
Kebutuhan berkuasa
Abraham Maslow:
Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan akan keterikatan
Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan untuk pemenuhan diri
Melvin H.marx:
1. Kebutuhan Organismis:
Motif ingin tahu (curiosity)
Motif Kompetensi (Competence)
Motif Prastasi (achievement);
2. Motif-motis social
Motif kasih saying ( affiliation)
Motif Kekuasaan (power)
Motif kebabasan (independence)
Daftar motif secara terperinci akan disajikan dalam bab 6 ketika kita membicarakan imbauan motif.
Sikap
1. Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling banyak didefinisikan.
2. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi,
3. Sikap relatif  lebih menetap,
4. Sikap mengandung aspek avaluatif yang berarti mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan,
5. Sikap timbul dari pengalaman , tidak dibawa sejak lahir.

Emosi
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keprilakuan, dan proses psikologis. Emosi tidak selalu jelek, emosi memberikan bumbu kepada kehidupan, tanpa emosi kita sering gersang.
Ada empat fungsi emosi (Coleman dan Hammaen, 1974:462):
1. Emosi adalah pembangkit energi (energizer)
2. Emosi adalah pembawa emosi (messenger)
3. Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga membawa pesan dalam komunikasi interpersonal.
4. Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.

Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Menurut Solomon E. Asch (1959:565-567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.
Kebiasaan

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsungpada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali.
Kemauan
Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan uuusaha seseorang untuk mencapai tujuan.
Menurut Richard Dewey dan W.J. Humber kemauan merupakan:
1. Hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan
2. Berdasarkan pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
3. Dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
4. Pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.

2.3       Faktor-faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa
faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim
faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
faktor temporal, misal keadaan emosi
suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
teknologi
faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu
lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
stimulus yang mendorong dan memperteguh perilaku

1. Factor Ekologis
Kaum determinasi lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan prilaku. Banyak orang menghubungkan kemasalahan bangsa Indonesia pada mata pencaharian bertani dan matahari yang selalu bersinar setiap hari. Sebagian pandangan mereka telah diuji dalam berbagai penelitian, seperti efek temperature pada tindakan kekerasan, prilaku interpersonal, dan suasana emosional.
2. Factor Rancangan dan Arsitektural
Dewasa ini telah tumbuh perhatian dikalangan para arsitek pada pengaruh lingkungan yang dibuat manusia terhadap prilaku penghuninya. Satu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasai di antara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektur tertentu.
3. Factor Temporal
Telah banyak diteliti pengaruh waktu terhadap bioritma manusia. Misalnya, dari tengah malam sampai pukul 4 fungsi tubuh manusia berda pada tahap yang paling rendah, tetapi pendengaran sangat tajam, pada pukul 10 bila anda orang introvert, konsentrasi dan daya ingat anda mencapai puncaknya, pada pukul 3 sore orang-orang ekstrovert mencapai puncak dalam analisis dan kreativitas.
4. Suasana Prilaku (behavior settings)
Selama bertahun-tahun, roger barker dan rekan-rekannya meneliti efek lingkungan terhadap individu. Lingkungan dibaginya dalam beberapa satuan terpisah, yang disebut suasana prilaku. Pesta, ruang kelas, took, rumah ibadah, adalah contoh-contoh suasana prilaku. Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur prilaku orang-orang didalamnya.

5. Teknologi
Pengaruh teknologi terhadap prilaku manusia sudah sering dibicarakan orang. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam prilaku social. Alvin tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologis yang meliputi system energy, system produksi, dan system distribusi, membentuk serangkaian prilaku social yang sesuai dengannya.

6. Factor-Faktor Sosial
System peranan yang diterapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah factor-faktor social yang menata prilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan antara angota  dengan ketua diatur oleh systemperanan dan norma-norma kelompok. Besar kecilnya organisasi akan mempengaruhi jaringan komunikasi dan system  pengambilan keputusan.

7. Lingkunan Psikososial
Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi prilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam persepsi kita lazim disebut sebagai iklim. Dalam organisasi iklim psikososial menunjukkan persepsi seseorang tentang kebebasan individual, keketatan pengawasan, kemungkinan pengajuan, dan tingkat kekerabatan.

8. Stimulus Yang Mendorong dan Memperteguh Prilaku
Beberapa peneliti psikologi sosial, meneliti kendala situasi yang mempengaruhi kelayakan melakukan prilaku tertentu. Ada situasi yang memberikan rentangan kelayakan prilaku, seperti situasi di taman, dan situasi yang banyak memberikan kendala pada prilaku, seperti gereja, situasi permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu. Sebaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk berprilaku.



BAB III
SISTEM KOMUNIKASI  INTRA PERSONAL

Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Perepsi ialah proses member makna pada sensasi sehingga manusia memeroleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memengaruhi kebutuhan atau memberikan respons.

3.1   Sensasi
Sensasi adalah tahap palinga awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organism dengan lingkungannya. Dennis Coon (1977: 79) mengatakan “bila alat-alat indera mengubah informasi menjad impuls-impuls saraf ---dengan ‘bahasa’ yang dipahami (‘komputer’) otak--- maka terjadilah proses sensasi.” Sedangkan Benyamin B.Wolman (1973: 3443) menuliskan “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Seorang filusuf bernama John Locke beranggapan bahwa there is nothing in the mind except what wa first in the sense(tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indera). Filusuf lain, Berkeley, beranggapan bahwa andaikan  kita tidak mempunyai alat indera, dunia tidak akan ada.
Psikologi menyebut sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera: penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Kita dapat mengelompokkannya pada tiga macam indera penerima, sesuai sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri(internal). Informasi dari luar diinderai oleh ekseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh interoseptor(misalnya, sistem peredaran darah). Selain itu gerakan tuhuh kita sendiri diindera oleh proprioseptor (misalnya, organ vestibular).
Apa saja yang menyentuh alat indera disebut stimulus. Stimulus yang diubah menjadi energi saraf disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera, stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute threshold).
Ketajaman sensasi ditentukan oleh faktor-faktor personal. Brakesley, seorang peneliti mengatakan “we live in different taste worlds”. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, disamping kapasitas alat indera yang berbeda.

1.2 Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Ada yang dinamakan kekeliuan persepsi, ada salah persepsi. Kekeliruan persepsi dapat dicontohkan jika anda memanggil teman sekelas anda, namun ternyata orang itu ternyata adalah orang asing yang baru anda kenal. Kesalahan persepsi dicontohkan ketika saya mengucapkan kata “nasi”, tetapi Anda mendengar “asi”.
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krench dan Richard S. Crutchfield (1977: 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor lainnya yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian

3.2.1 Perhatian (attention)
Kennetth E. Andersen (1972:46) mendefinisikan “perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah”. Perhatian terjadi bile kita mengonsentrasiakn diri pada salah satu alat indera kita, dan mengenyampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Stimulius diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimulus, kebaruan, dan perulangan. Perulangan mengandung unsure sugessti. Emil Dofivat (1968), tokoh aliran publistik  Jerman, menyebut perulangan sebagai satu diantara tiga prinsip pnting dalam menaklukkan massa.
Dofivat menyebut tiga prinsip dalam menggerakkan massa (die Grundgesetze der Masssenfuhgung):
1. Die Geistige Vereinfachung: tema-tema yang disampaikan harus disajikan dengan bahasa yang sederhan dan jelas.
2. Die hammernde Weiderhoulung: gagasan yang sama diulang-ulangberkali-kali dengan cara penyajian yang mungkin beraneka ragam. Dofivat mengutip Al dous Huxley dalam brave New World bahwa kebenaran adalah kebohongan diaklikan dengan 62.000.
3. Die gefuhlmassige stigerung: Penggunaan emosi secara intensif. Emosi itu antara lain kebencian, rasa belas kasihan, perasaan bersalah, keinginan menonjol (Dofivat, 1968: 114-164).
Faktor Internal Penarik Perhatian
Faktor-faktor biologis
Faktor-faktor sosiopsikologis
Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan.
Kenneth E. Andersen (1972:51-52) menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
1) Perhatian itu merupakan proses yang harus aktifa dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
2) Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri kita.
3) Kita menaruh perhatian pada hal-hal tertentu
4) Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita.
5) Dalam situasi tertentu, kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan timuli tertentu yang ingin ita abaikan.
6) Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.
7) Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita.
8) Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
9) Intensitas perhatian tidak konstan.
10) Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
11) Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.
12) Kita mampu menaru perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
13) Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.

3.2.2      Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus. Nilai sosial satu objek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilai. Disini, Krench dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memengaruhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergatung pada rangkaian objek yang dinilainya.
Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan memengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya.
Menurut McDavid dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
3.2.3    Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Menurut teori Gestalt, bila kita memersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Menurut Kohler, “… de afzonderlijke veldgebieden (van het waarnemingsveld) in dynamische samenhang (d.w.z. in wissel-werking) staan endat dientegevolge de eigen dynamisch dinnen deze samenhang de veerdeling van het gegeuren en van zijn plaatselijke hoedaningheid mede bepaalt” (Menicke, 1957:79). Maksudnya, jika kita ingin memehami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami sesorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua: Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.
Gestalt memiliki prinsip yang disebut principles of similarity. Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Dalam komunikasi, dlil kesamaan dan kedekata sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya atau mengakrabkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai prestise tinggi, maka terjadilah sebutan gilt by association (cemerlang kerena hubungan) atau guilt by association (bersalah karena hubungan).
Jadi kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimulus ditanggap sebagai bagian ari struktur yang sama. Menurut Krech dan Crutchfield, kecenderungan untuk mengelompokkan stimulus berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.
3.3       Memori
Schlessinger dan Groves (1976: 352) mendefinisikan “memori adlaah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.”
Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig, 1973:499)
3.3.1 Jenis-jenis memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:
1) Pengingatan (Recall). Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilakan kembali fakta dan informasi secara vervbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
2) Pengenaln (Recognition)
3) Pilihan berganda (multiple-choice) dalam tes objektif menuntut pengenalan, bukan pengingatan.
4) Belajar lagi (Relearning).
5) Mempelajari yang sudah pernah dipelajari akan lebih cepat.
6) Redintegrasi (Redintegration).
3.3.2    Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori: teori aus, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.
Teory Arus (Disuse Theory)
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Willism James, juga Benton J.Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorzize” ---makin sering mengingat makin jelek kemampuan mengingat (Hunt, 1982: 94).
Teori Interferensi (Interference Theory)
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Jika misalnya dalam kanvas itu terekam hukum relativitas dan segera setelah itu Anda mencoba merekam hukum medan gabungan , Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut interferensi.
Inhibisi retroaktif (hambatan ke belakang) terjadi jika kita misalnya kita menghafal halaman pertama dalam kamus Inggris-Indonesia, lalu berhasil. Kemudian menghafal halaman kedua, berhasil juga. Akan tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang. Inilah yang disebut inhibisi retroaktif.
Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita. Ini disebut inhibisi proaktif (hambatan ke depan). Masih ada satu hambatan lagi ---walaupun tidak tepat masuk teori interferensi, disebut hambatan motivasional. Psikologi klinik membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang “melukai” hati kita cenderung dilupakan. Freud mengasali lupa pada proses represi yang berkaitan dengan cemas atau ketakutan. Amnesia bisa terjadi karena gangguan fisik atau psikologi; karena kerusakan otak atau neurosis. Sebaliknya, sesuatu yang penting menurut kita, yang menarik perhatian kita, yang memengaruhi kebutuhan kita, akan mudah kita ingat. Ini pengaruh faktor personal dlam memori.
Teori Pengolahan Informasi (Information Theory)
Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory  (STM, memori jangka pendek); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM, memory jangka panjang).
 Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Sensory storage menyebabkan kita meliahat rangkaina gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.
Informasi harus disandi (encoder) dan masuk pada short-term memory. STM sangat terpengaruh interferensi. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi ini disebut rentangan memori (memori span). Untuk mengingatkan kemempuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk memngelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Ingatan adalah abila informasi yang berhasil dipertahankan pada STM masuk kedalam LTM. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak emenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STL ke LTM dengan chunking (membagi dalam beberapa chunk),rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan mengulang-ulangnya), clustering(mengelompokkan dalam konsep-konsep), atau methodde of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).
3.4       Berpikir
3.4.1 Apakah Berpikir Itu?
Dalam berpikir, kita melibatkan semua proses yang telah disebutkan, yaitu sensasi, persepsi, dan memori.
Dalam memecahkan suatu masalah, pikiran menggunakan
o Gambaran, yang disebut images atau citra oleh Marx (1976) dan Coon (1977); disebut juga graphic symbols atau lambang srafis (Fuch, 1967).
o Lambang verbal (verbal symbols)
“Berpikir merupakan manpulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakuakan kegiatan yang tampak,” kata Floyd L. Ruch. Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term ‘thinking’ refers to many kind of activities that involve the manipulation of concepts and symbols, representations of objects and events” (1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Hannah Arendt dalam karya terakhirnya Thinking, mengatakan bahwa manusia tidak dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa atau lambang-lambang verbal. “Thought without speech is inconceivable”, katanya. Galton, Faraday, Einstein, dan beberapa ilmuan terkenal lain melaporkan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah ilmiah dengan citra visual, dan baru kemudian menerjemahkan pikiran merekan kedalam kata-kata. Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Anita Taylor et al. mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an inferring process (Taylor et al. 1977:55)
3.4.2 Bagaimana Orang Berpikir?
Ada dua macam berpikir :
Berpikir austik, mungkin lebih tepat disebut melamun. Contohnya fantasi, mengkhayal, wishful thinking.
Berpikir realistic, disbut juga nalar (reasoning), ialah berpikit dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L.Ruch menyebut tiga macam berpikir realistik: deduktif, induktif, evaluative (Ruch, 1967:336).
Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum. Dalam logika, disebut juga silogisme. Berpikir induktif dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudaian menarik mengambil kesimpulan umum, kita melakukan generalisasi. Berpikir evaluative ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, manusia lebih sering berpikir tidak logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Kata Morton Hunt, berpikir logis bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Cara berpikir yang menurut kaidah logika tidak valid, yang biasanya kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam kebanyakan situasi sehari-hari. Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat. Terkenal ucapan Wason dan Johnsohn-Laird, “At best we can all think like logicians; at worst, logicians all think like us” (Pada keadaan terbaik, kita semua dapat berpikir seperti ahli logika; dalam keadaan terbaik, kita sema dapat berpikiir seperti ahli logika; dalam keadaan terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita).
Berpikir analogis; umumnya menggunakan perbandingan atau kontras. Robert J. Stenberg, psiolog dari Yale, menulis “kita berpikir secara analogis setip kali menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita, dengan menghubungkannya pada sesuatu yang sama pada masa lalu. Bila kita membeli ikan mas, karena kita menyukai ikan mas yang dulu, atau jika kita mendengar nasihat kawan, karena dahulu nasihatnya benar, kita berpikir secara analogis.”
Berpikir analogis yang tidak logis paling sering digunakan untuk menetapkan keputusan, memehkan soal, dan melahirkan gagasan baru.
3.4.3   Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh diditangguhkan atau dilupakan.
Faktor persona amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Pada kenyataannya, kgnisi, motif, dan sikap berlangsung sekaligus.
3.4.4   Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak sesalu begitu!)
1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
2. Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada pasa yang lalu.
3. Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah diingat atau yang dapat dipikirkan
4. Mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.
5. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. “Aha, sekareng saya tahu, teman saya tersinggung karena ucapan saya.. Saya harus meminta maaf.” Kilasan pemecahan ini disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Pemecahan Masalah
Seperti perilaku manusi yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktor situasional dan personal. Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor biologis terhadap  proses pemecahan masalah. Faktor biologis dan sosiopsikologis puun memengaruhinya, seperti
1. Motivasi. Motivasi yang rendah mengalahkan perhatian. MOtivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas
2. Kepercayaan dan sikap yang salah. Sikap yang defensive akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan, dan memepersukar penyelesaian.
3. Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu. “. . . cara berpikir yang ditandai oleh emacam kekuranghormatan pada jawaban-jawaban lama, aturan yang mapan, atau prinsp-prinsip yang sudah diterima. Semuanya tidak dipandang sebagai otoritas yang final dan mutlak, melainkan diterima sebagai generalisasi yang kini berguna, tetapi satu saat mungkin dibuang atau direvisi jika obervasi yang baru gagal mendukung generalisasi tersebut” (Berrien.1951:45).
3.4.5    Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Apa itu kreativitas?
Berpikir kreatif, menurut James C.Coleman dan Cousstance L.Hamen (1974:452), adalah“thinking which produces new concepts, new understandings, new inventions, new work of art.”
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Kedua, dapat memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang original, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (MacKinnon, 1962:485)
Ketika berpikir kreatif, jenis berpikir yang paling sering dipergunakan adalah berpikir analogis. Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan ta kreatif dengan konsep berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen ialah kemampuan untuk memberiakn satu jawabanyang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Kata Guilford, orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Bepikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan kreativitas. Berpikir divergen dapa diukur dengan fluency, flexibility, dan originality.
Orang kreatif ternyata berpikir analogis; mereka mampu melihat berbagai hubungan yang tidak terlihat oleh orang lain. Berpikir analogis orang kreatif ditandai oleh sifatnya yang luar biasa, aneh, dan kadang-kadang tidak rasional. Ada yang mengatakan bahwa orang kreatif biasanya agak gila. Orang kretif melakukan loncatan pemikiran yang memperdalam dan menjelaskan pemikiran. Geeorge Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan pemikiran kreatif berhasil memperluas cakrawala pemikiran. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-metaforis.
Proses Berpikir Kreatif
Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif.
1. Orientasi: Masalah  dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi
2. Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
3. Inkubasi: Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa  bawah sadar kita.
4. Iluminasi: Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memeroleh semacam ilham, serangkaian insightyang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
5. Verivikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional. Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan Hammen, 1974:455):
1)    Kemampuan kognitif
2)    Sikap yang terbuka
3)    Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri
Butir nomor 3 membawa kita pada faktor-faktor situasional yang menyuburkan kreativitas. Berpikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat yang terbuka,  menghargai kesetiaan primordial, tetapi membunuh prestasi yang menonjol, sukar untuk melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif.
Selain faktor-faktor lingkungan psikososial, beberapa penelitian menunjukkan juga adanya faktor-faktor situasional lainnya. Maltzman (1960) menunjukkan faktor peneguhan dari lingkungan; Dutton (1970) menyebut terjadinya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif; dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas (Hunt, 1982:308)






BAB IV
SISTEM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Sistem Komunikasi Interpersonal
Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, beliau menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal seperti :
Persepsi Interpersonal
Konsep Diri
Atraksi Interpersonal
Hubungan Interpersonal

4.1 Persepsi Interpersonal
Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi manusia (bukan benda) sebagai objek persepsi, disini digunakan istilah persepsi interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia kita sebut saja persepsi objek.
Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal. Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagainya; pada persepsi interpersonal, stumuli mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga.
Kedua, dalam menanggapi objek, seseorang hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu; tapi tidak meneliti sifat-sifat batiniyah obyek itu. Pada persepsi interpersonal mencoba memahami apa yang tampak pada alat indera seseorang. Ketiga,ketika mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada seseorang; seseorang itu pun tidak memberikan reaksi emosional padanya. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan persepsi interpersonal sampai cenderung untuk keliru. Keempat, objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
4.1.1 Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal
Deskripsi Verbal
Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian seseorang tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka disebut central organizing trait.
Walaupun teori Asch ini menarik untuk melukiskan bagaimana cara orang menyampaikan berita tentang orang lain mempengaruhi persepsi seseorang tentang orang itu, dalam kenyataan jarang seseorang melukiskan orang dengan menyebut rangkaian kata sifat. Biasanya mulai pada central trait,menjelaskan sifat itu secara terperinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain.

Petunjuk Proksemik
Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan; istilah ini dilahirkan oleh antroplog intercultural Eward T. Hall. Hall membagi jarak kedalam empat corak; jarak public, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka.
Pertama, seperti Edward T. Hall, disimpulkan bahwa keakraban seorang dengan orang lain dari jarak mereka, seperti hasil yang diamati. Kedua, erat kaitannya dengan yang pertama, menangapi sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan seseorang. Ketiga, caranya orang mengatur ruang mempengaruhi persepsi individu tentang orang itu.
Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan kepada seseorang. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga apabila petunjuk-petunjuk lain (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi; lawan dari persona penanggap).
Petunjuk Wajah
Diantara berbagai petunjuk non verbal, petunjuk fasial adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather (1976:21), menulis; “Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Ketika seseorang menelaah wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka,pada gilirannya, menelaah kita”.
Petunjuk Paralinguistik
Yang dimaksud paralinguistik ialah cara orang mengucapkan lambang-lambang verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan aoa yang diucapkan, petunjuk paralinguistic mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting. Tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat, akan dipahami sebagai ungkapan rendah diri atau kebodohan.
Dialek yang digunakan menentukan persepsi juga. Bila perilaku komunikasi (cara bicara) dapat memberikan petunjuk tentang kepribadian persona stimuli, suara mengungkapkan keadaan emosional.
Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila seorang individu mengetahui bahwa orang lain memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), beranggapan bahwa ia memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya, periang atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila sudah menyenangi seseorang, maka seseorang tersebut cenderung melihat sifat-sifat baik pada orang itu dan sebaliknya.
4.1.2 Pengaruh Faktor-faktor Personal Pada Persepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu, keceramatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa cirri-ciri khusus penanggap yang ceramat adalah :
Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya daripada bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang paling dekat dengan kita.
Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
Kepribadian
Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain. Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957).
4.1.3 Proses Pembentukan Kesan
Stereotyping
Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebutstereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini mempunyai asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa.
Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari, semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.
Atibusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secara garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
4.1.4 Proses Pengelolaan Kesan (Impression Management)
Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal, dan dipersulit oleh factor-faktor personal penangkap. Kesulitan persepsi juga timbul karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penangkap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan kesan (Impression management).
Peralatan lengkap yang digunakan untuk menampilkan diri ini disebut front. Front terdiri dari panggung (setting), penampilan(appearance), dan gaya bertingkah laku (manner). Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang digunakan. Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara seseorang berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya.
4.1.5 Pengaruh Persepsi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
Perilaku seseorang dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Karena persepsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi. Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal akan menjadi lebih baik bila mengetahui bahwa persepsi seseorang bersifat subjektif dan cenderung keliru.
4.2 Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Anita Taylor et al. mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself” (1997:98). Ada dua komponen konsep diri : komponen kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self image), dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem).
Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:
a) Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b) Merasa setara dengan orang lain;
c) Menerima pujian tanpa rasa malu;
d) Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
e) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

4.3 Atraksi Interpersonal
Dean C Barlund
seorang ahli komunikasi interpersonal menulis “Menghindari garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial, artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan bagaimana pesan itu akan di terima” (Barlund, 1968:71).
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere-ad :menuju; trahere; menarik. Artinya adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
4.3.1 Faktor-faktor penyebab timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
1. Faktor personal
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi sesorang dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut:
a. Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan karakteristik personal ditandai dengan kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi, dan lain-lain. Mereka yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai satu sama lain.
b. Tekanan emosional (stres)
Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain semakin besar.
c. Harga diri yang rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.
d. Isolasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu, namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.
2. Faktor-faktor situasional
Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya atraksi interpersonal, antara lain:
a) Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Mereka yang berpenampilan cantik menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
b) Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan ganjaran pada dirinya. Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.
c) Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab dengan kita biasanya lebih disukai daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita. Contohnya adalah dengan penerapan teknik repetisi dalam iklan agar kita semakin akrab dengan produk yang diiklankan sehingga akhirnya menyukai produk tersebut.
d) Kedekatan (proximity) atau closeness
Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut. Sebagai contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa orang lebih menyukai orang lain berdekatan tempat tinggal dengannya.
e) Kemampuan (competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.
4.3.2 Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal :
a) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
b) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4.3.3      Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Anita Taylor et al. (1997:187)mengatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting.
Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang jelek.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:
1. Percaya (trust)
Secara ilmiah, percaya didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967:224-234). Dari definisi tersebut, terdapat tiga unsur percaya:
a) Ada situasi yang menimbulkan risiko
b) Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain
c) Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

Percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan situasional. Disamping faktor-faktor personal, ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya :
a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang akan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggapmemiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
b. Hubungan kekuasaan, artinya percaya tumbuh apabilaseseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c. Sifat dan kualitas komunikasi, mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.
2. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
a. Evaluasi dan Deskripsi. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain; memuji atau mengecam. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi seseorang tanpa menilai. Maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
b. Kontrol dan Orientasi Masalah. Perilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Orientasi masalah sebaliknya adalah mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.
c. Strategi dan Spontanitas. Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
d. Netralitas dan Empati. Netralitas berarti memperlakukan orang lain tidak sebagai persona, melainkan sebagai objek. Bersikap netral menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain. Empatimenganggap orang lain sebagai persona.
e. Superioritas dan Persamaan. Superioritas artinya sikap menunjukkan seseorang lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan atau kecantikan. Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, seseorang tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
f. Kepastian dan Provisionalisme. Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.
3. Sikap terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme. Berikut ini adalah contoh-contoh karakteristik orang yang dogmatis atau bersikap tertutup :
a. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi
b. Berpikir simplistis, artinya tidak sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah, yang tengah-tengah.
c. Berorientasi pada sumber
d. Mencari informasi dari sumber sendiri
e. Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya
f. Tidak mampu membiarkan inkonsistensi.






BAB V
SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
5.1 Kelompok dan Pengarunhnya pada Perilaku Komunikasi
Para psikolog social juga mengenal mode. Pada tahun 90-an, tema utama mereka adalah persepsi social. Pada dasawarasa berikutnya tema itu mundur. Studi tentang perubahan dan pembentukan sikap mengalami pasang surut.
Pendidik melihat Komunikasi Kelompok sebagai metode pendidikan yang aktif. Para menejer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah untuk tempat untuk menentukan gagasan-gagasan kreatif. Para psikeater melihat Komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para idiolog juga melihat Komunikasi kelompok sebagai sarana unutk meningkatkan kesadaran politik-idologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku kita.
5.1.1 Klasifikasi Kelompok
Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang yang berkumpul didalam bus, antri didepan loket bioskup, yang belanja dipasar, semua disebut agregat-bukan kelompok.
Supaya agregat menjadi kelopok maka diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang mempersatukan pada mereka.
Para ahli psikolog –juga ahli sosiologi-telah mengembangkan berbagi cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Disini dijelaskan empat diktomi; primer-sekunder, ingroup dan outgroup, rujukan keanggotaan, diskriftif dan preskriftif.

Kelompok primer dan kelompok sekunder
Walaupun kita menjadi banyak anggota kelompok, namun kita terikat secara emosional pada beberapa kelompok saja. Hubungan kita dengan keluarga, kawan, tengagga dekat (dikampung kita bukan direal estes) , terasa lebih akrab, lebih personal dan lebih menyentuh hati kita.
Charles Horton Cooley pada tahun (1909) sebagai kelompok primer, “ by primary group I mean those characterized by intimate face-to-face association and cooperation” Dalam bukunya Organization.
Kelompok sekunder, secara sederhana adalah lawan kelompok primer. Hubungan kita dengannya tidak akrab, tidak personal dan tidak menyentuh hati kita ( Organisasi Masa, fakultas, serikat buruh, dsb.
Kita dapat melihat perbedaan utama antara keduanya dari karakteristik komunikainya :
Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

Ingroup dan Outgroup
Ingroup adalah Kelopok kita, Outgroup adalah Kelopok Mereka, Ingroup dapat berupa Kelopok Primer atau Sekunder. Keluarga kita Adalah ingroup yang kelompok primer. Fakultas kita yang ingroup yang kelompok sekunder.
Persamaan Ingroup diungkapkan dengan kesetiaan, Solidaritas, Kesenangan, dan kerja sama.
Untuk membedakan Ingroup dan Outgroup adalah Kita membuat batas (boundairies), yang menentukan siapa yang masuk orang dalam, dan siapa orang luar. Batas ini dapat berupa letak geografis yaitu ( Indonesia-Malaysia), Suku bangsa (Sunda, jawa), pandangan atau idiologi (kaum muslim-Kaum nasrani, marxis), pekerjaan atau profesi ( Dokter, tukang becak),Bahasa (jerman, spnyol), status social (kelopok menengah elit), dan kekerabatan (keluarga, clans).
Dengan mereka masuk dalam jaringan Ingroup , kita merasa terikat dan semangat “kekitaan” (we-ness). Semangat ini lazim disebut kohesikelopok (cohesiveness),yang akan kita jelaskan kemudian. Disini, cukuplah kita menyaksikan eksperimen kohesi dan koflik dari Muzafer Sherif Dkk, (Sherif,White, Hood, dan Sherif, 1961).
Apa hubungannnya dengan komunikasi? Kita akan menceritakan hubungan ini ketika kita membicarakan kohesi. Untuk sementara catatlah bahwa anda hanya dapat mendamaikan konflik didalam keluarga dengan menghadapkan keluarga pada musuh dari luar (Musuhilah tetangga, misalnya). Bung karno berhasil mempersatukan suku-suku bagsa Indonesia karena berhadapan dengan Belanda. Setelah belanda, Bung KArno membuata Konfrontasi dengan malysia.

Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

Tabel 1
Klasifikasi Deskriptif Bardasarkan Tujuan

Nama Kelopok Tujuan
Sepintas
Pertemuan
Penyadar
Katarsis
Belajar
Tugas Bermain
Pertumbuhan Interpersonal
Indentitas social politik
Melepaskan perasaan
Pencerahan Intelektual
Kerja

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

5.1.2 Pengaruh Kelompok Pada Perilaku Komunikasi
Konformitas (comformity)
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
Fasilitas sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keaktifan Kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a.melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
5.2.1 Faktor Situsional: Karakteristik Kelompok
ukuran kelompok.
Ada dua Peribahasa inggris yang saling bertentangan : Two Heads are better then one dan  Two many cooks spoil the broth. Mana yang lebih betul, “lebih banyak anggota kelompok, lebih baik” atau “makin banyak anggota makin kacau”?. Jawaban psikolog social ternyata sederhana. Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok (performance) bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Ada 2 macam tugas kelompok : tugas koaktif dan tugas interaktif. Masing-masing bekerja sejajar dengan yang lain tapi berinteraksi secara terorganisasi .
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok ialah tujuan kelompok. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen ( seperti menghasilakan gagasan banyak kepala, lebih baik ( Mc David dan Harari, 1974:320).



jaringan komunikasi.

Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok , Leavitt (1951:46) menmukan bahwa roda yang paling memusat pada seluruh jaringan komunikasi-menghasilkan produk kelompok dan terorganisasi. Lingkaran cenderung melahirkan sejumlah besar kesalahan. Shaw (1954) memperkuat kesimpulan leavit, tetapi dengan Catatan : Kelompok roda hanya efektif bila mereka memecahkan persoaalan yang mudah. Bila permasalahannya kompleks , kelopok lingkaran yang lebih kompleks.
Pola roda merupakan pola komunikasi yang meberikan kepuasan paling rendah.

kohesi kelompok. (Group Cohesiviness)

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai keekuatan yang mendorong anggota kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Colinnes dan Ravan, 1964) kohesi diukur dari :
1) Ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain
2) Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok dan
3) Sejauhmana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.
(Mc david dan Harari, 1968:280).
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuaasan. Marqis, Guet Aow, dan Heyrts (1951) mengamati anggota yang menghadiri berbagai konferensi. Ia menemukan makin kohesif kelompok yang diikuti , makin besar tingkat kepuasan anggota.
Bettinghaus (1973) menunjukkan beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok yang kohesif antara lain :
1. Karena pada kelompok kohesif , devin akan ditentang keras, komunikator akan denganmudah berhasil memperoleh dukungan kelompok jika gagasanya sesuai dengan mayoritas anggota kelompok.
2. Pada umumnya, kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi oleh persuasi.
3. Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
4. Dalam situasi pesan tampak merupakan ancaman kepada kelompok, kelompok yang lebih kohesif cenderung menolak pesan dibandingkan dengan kelompok yang kohesinya rendah.
5. Dengan hubungannya dengan pernyataan diatas, komunikator dapat meningkatkan hasil kohesi kelompok agara kelompk mampu menolak pesan yang bertentangan.

kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara pasif mempengaruhi kelompok untuk bergerak untuk bergerak kearah tujuan kelompok ( Cragan dan Wringht, 1980: 73). Seorang pemimpin muncul setelah proses komunikasi kelompok. Apapun yang terjadi , kepemimpinan adalah factor yang mempengaruhi keekfetifan komunikasi kelompok.
Klasifikasi gaya kepemimpinan yang kalsik dilakukan oleh White dan Lippit (1960) Mereka menyebutkan ada tiga gaya kepemimpinan:
1. Otoriter adalah gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya  ditentukan oleh pemimpin.
2. Demokratis adalah gaya kepemimpinan yang menampilakn pemimpin carakan dan memutuskan semua kebijakan.
3. Laissez faire adalah  yaitu memberikan kebebasan penuh kepada kelompok untuk mengambil individual degan partisipasi pemimpin yang minimal.
Cecil Gibb (1969) Menyimpulkan syarat-syarat yang menentukan apakah gaya kepemimpinan tertentu bersifat produktif :
1. Tidak ada anggoata kelompok yang merasa dirinya lebih mampu mengatasi persoalan dari pada kelompok yang lain
2. Bila metode komunikasi kewlom[ok belom diketahui atau tidak dipahami, dan
3. Bila semua anggota kelompok beusaha mempertahankan hak-hak individual maka kepemimpinan Otoriter akan lebih efektif bila :
a. Kecepatan dan evisiensi pekerjaan lebih penting dari pada perundingan, missal dalam situasi darurat, dan
b. Situasinya begitu baru sehingga meraka tidak tahu apa yang mereka harus lakuan dan melakukan pengarahan dari pemimpin.

5.2.2 Faktor Personal : Karakteristik Anggota Kelompok
Cragan dan Wringht menyebutkan dua dimensi interpersonal yang mempengaruhi kebutuhan interpersonal dan proses interpersonal disamping perbedaan individual Seperti Usia, suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan , pekerjaan, pendapatan, kepribadian, dan homogenetis atau heterogenetis kelompok. Proses interpersonal meliputi keterbuakaan (disclosure) percaya diri dan empati .
Kebutuhan Interpersonal
Teori FIRO ( Fundamental Interpersonal Relations Orientation) Adalah Orang yang memasuki kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan interpersonal :
Inclusion yaitu ingin masuk menjadi bagian dari kelompok
Control- ingin mengendalikan oramg lain dalam satu tatanan hierar-kis dan,
Affection - ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
Inklusi : ketika kita pertamakali memasuki kelompok, biasanya kiata cemas bagai mana seharusnya kita menyesuaikan diri.
Kontinum Inklusi
Andersosial
(berkekurangan) Social
(Ideal) Oversosial
(Berlebihan)

Kontrol : Pembagian kerja yang harus dilakukan agar kelompok tugas produktif menimbulkan perlunya control.
Kontinuum Kontrol
Abdikraat
(berkekurangan) Demokrat
(Ideal) Otokkrat
(Berlebihan)

Afeksi; Kebutuhan akan kasih saying adalah dimensi emosional kelompok. Sejauhmana kita disukai oleh anggota kelompok yang lain? Sejauh mana kita aharus akrab dan dekat dengan mereka? Apakah ada Klik dalam kelompok kita? Apakah Ada Orang orang yang berdekatan sehingga tidak mau melakukan percakapan akrab dengan kita dalam kelompok? Inilah pertanyaan yang kita tanyakan untuk memuaskan kebutuhan kita akan kasih saying dalam kelompok kecil.
Kontinum Afaksi
AnderPersonal
(berkekurangan) Personal
(Ideal) OverPersonal
(Berlebihan)

Tindak Komunikasi
Jika kelompok tertentu terjadi pertukaran informasi . setiap anggoata berusaha menyampaikan atau menerima informaasi secara verbal dan nonverbal. Satuan komunikasi kelompok beruapa pernnyataan , perntaan Pendapat atau isyarat kta sebut sebagai tindak komunikasi. (Comunikatoon eat). Robert E. Bales (1950,1955, 1970) dari Univesitas Harvard mengembangkan system kategori untuk menganalisis tindak komunikasi , yang kemudian dikenal sebagi Interacsion Proses Analisis) (IPA). Bales Juaga menemukan IPA sebagai instrument yang tepat untuk mengidentifikasi dua corak pemimpin: task spesialis dan social emotional specialist). Yang pertama adalah pemimpin yang paling banyak memberikan kontribusi bagi penyelesaian tugas. Yang kedua dalah pemimpin yang menunjukan persetujuan (kategori 3), melepaskan ketegangan (katyegori 2), dan memlihara silidaritas kategori 1).
Peranan
1. Peranan Tugas Kelompok (group teks roles)
2. Peranan memelihara kelompok, (Groub building and maintenance roles)
3. Paranan Individul ,( Individual Roles)
Paranan Tugas elompok aadalah memecahan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memuidahkan dan mengordinasi kegaitan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok. Setaiap kelompok boleh saja menjalan kan lebih dari stau peranan dalam komunikasi kelompok :
a. Initiator-contributor
b. Information seeker ( pencari informasi)
c. Opiniiom seeker (Pencari pendapat)
d. Information Gover (pemberi informasi)
e. Opinim Giver (Pemberi Pendapat)
f. Elaborator (penjabar)
g. Summarizer (penyimpul)
h. Cordinator-integrator (pemadu)
i. Orienter (pengarah)
j. Disagreer (pembantah)
k. Evaluator-critik (efaluator kritikus)
l. Energizer (Pendorong)
m. Prosedural technician (petugas tehnik)
n. Rekorder (Pencatat)
Ddibawah ini adalah daftar peranan ynag dimaksudkan untuk memlihara hubungan emosional diantara anggoata –anggoata kelompok :
a. Encau rager (Penggalak)
b. Harmonizer (Wasit)
c. Compromiser (kompromis)
d. Gateekeeper and expediter (penjaga gawang)
e. Standard setter or ego ideal (pembuat atran)
f. Group ofserver and commentator (pengamat kelompok)
g. Follower (pengikut)
Usaha kelompok untuk memutuskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok yang “berpusat pada Individu” disebut peranan individual.
5.3 Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok
Kita dapat membagi kelompok menjadi dua kategori : deskriftif dan preskriftif
5.3.1 Komunikasi Kelopok Diskriptif
Para ahli komunikasi kelompok menunjukakan tiga kategori kelompok yang besar –kelompok tugas , kelompok penentuan, kelompok penyadar . Untuk setiap kategori kelompok terdapat beberapa model yang  melukiskan tahapan perkembangan proses kelompok.
Kelopok Tugas, Model Fizer
Aubrey Fisher meneliti tindak komunikasi kelopok tugas dan menemukan dan kelompok melewati empat tahap : Orientasi, Koflik, pemunculan dan peneguhan.
Kelompok pertemuan : model Bennis dan Shepherd
Ctarl Rogers melihat manfaat kelompok pertemuan untuk pengembangan diri. Pada tahun 1970-an para peneliti menemukan bahwa kelompok ertemuan bukan saja dapat membantu pertumbuhan diri , tetapai mempercepat penghancuran diri. Beberapa peneliti mencatat adanya kerusakan psikis akibat kepemimpinan kelompok yang merusak.Banyak model yang dikemukakan , tetapi disisni kita akan mengambil model bennis dan Shepherd, yang uaraiannya kita kutip dari Cragan dan Wright (1980).
Kelompok Penyadar : Model Chesebro, Cragan, dan Mc Culloungh
Pada tahun 1970 James Chelebro, John Cragan, dan Patricia McColough melakukan studi lapangan di Minessota tentang gerakan revolusioner kaum homoseksual. Dari penelitian inilah mereka merumuskan empat tahap perkembangan kelompoak penyadar :
1. Kesadaran diri akan identitas baru
2. Indentitas kelompok melalui polaroisasi
3. Menegakkan nilai nilai baru bagi kelompok
4. Menghubungkan diri dengamn kelompok revolusioner lainnya.
5.3.2 Komunikasi Kelompok Preskriptif
Kelompok pertemuan (kelompok terapi) Kelompok belajar, panitaia, konferensi  ( rapat) adalah kelompok prifat.  Panel wawancara terbuka (public interviu) , forum, symposium, termasuk kelompok public. Disini kiata menguraiakan format diskusi daroi Cargan dan Wright (1980): Meja bundar , sim[osium, diskusi panel, macam-macam forum. Kolokium dan prosedur parlementer.
Format diskusi
Hal ini diuraikan didasarkan atas susunan tempat duduk , urutan sipa yang berbicara dan kapan, dan aturan waktu kapan yang diizikan untuk berbicara.
Format meja bundar susunantempat duduk yang bundar menyebabkan arus komunikasi yang bebas diantara anggoata-anggota kelompok
Format meja bundar memungkinkan individu berbicara kapan saja tanpa ada agenmda yang tetap.
Simposium adalah serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah topic atau posisi yang pro dan kontra terhadap maslah yang controversial. Dalam format dikusi yang sudah dirancang sebelunya.
Diskusi panel adalah format khusus yang angota-anggotanya kelompoknya berinteraksi , baik berhadap hadapan maupun melaui mediator. Diantara mereka sendiri dan hadirin tentang maslah yang controversial.
Macam-macam forum adalah waktu Tanya jawab setelah diskusi terbuka. Forum ceramah adalah forum diskusi yang dilakukan pertama sekali untuk saling berbagi informasi.
Kolokium adalah adalah sejenis format diskusi yang memberikan format diskusi kepada wkil khalayak yang memberikan pertanyaaan yang telah dipersiapkan kepada seseorang.
Prosedur parlementer adalah format diskusi yang secara ketat mengatur perserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dilihat.
Sistem Agenda pemecahan MAsalah
Para ahli komunikasi telah diilhami oleh proses berfikir reflektif dari john Dewey, telah mengembangkan urutan acara pemecahan masalah yang dapat membantu penyelesaian tugas kelompok.Cragan dan Wright (1980) menyebutkan system deway, Ros , Wright 494) Brilhart-Jochem, dan mainer. Disini kita akan menyebukan 3 pola urutan pemecahan masalah:
1. Urutan pemecahan masalah kreatif
2. Urutan berfikir reflektif, dan
3. Urutan solusi Ideal


BAB VI
SISTEM KOMUNIKASI MASA

6.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi massa bisa juga diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonym melalui media cetak atau media eletronik sehingga pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak dan sesaat.
Perkembangan media massa semakin hari semakin berkembang, hal ini terjadi karena masyarakat yang semakin hari semakin membutuhkan informasi dalam waktu yang cepat. Menurut Bitner (1980:10): “ Mass comunikation is massages communicated through a mass medium to a large namber of people” ( Komunikasi Masa Adalah pesan yang di komunikasikan melalui media masa pada sejumlah basar orang).

6.1.1 Sistem Komunikasi MAsa versus Sistem Komunikasi Interpersonal
Secara sederhana Sistem Kominikasi masa Adalah komunikasi melalui media masa , yahni Surat kabar, majalah, radio, televise, dan film.
Secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi masa (menurut Elisabeth-Noelle Neumann, 1973: 92)
1. Bersifat Tidak langsung , Atinya harus melewati media teknis
2. Bersifat satu arah, tidak ada interaksi antara pesrta komunikasi ( para Komunikan)
3. Bersifat terbuka , artinya tidak ditunjukkan pada public yang tidak terbatas atau anonym.
4. Mempunyai public ynag secara geografis tersebar.
Di samping adanya perbedaan antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal, terdapat pula hubungan antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal. Menurut Elihu Katz dan Paul Lazarfeld komunikasi interpersonal,merupakan variabel intervenig antara media massa dan perubahan perilaku. Sedangkan Everett Rogers mengemukakan bahwa antara saluran media massa dan interpersonal saling melengkapi. Kemudian antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada efek sosialisasi dari media massa.
Pengendalian Arus Komunikasi
Mengendalikan arus komunikasi berarti mengukur jalannya pembicaraan yang disampaikan atau diterima. Menurut Cassata dan Asante (1979: 12), bila arus komunikasi hanya dikendalikan oleh komunikator , situasi dapat menunjang persuasi yang efektif. Sebalinya jika khalayak dapat mengatur arus komunikasi , situasi komunikasi akan mendorong belajar yang efektif.
Umpan Balik
Umapan balik Berasal darai teori sibernetika ( cybernetics) dalam mekanika- teori mekanistis tentang proses mengatur diri secara otomatis. Sistem sibernetika menjelaskan system komunikasi yang mengintrol fungsi system mekanis. Umapan balik Adalah metode mengontrol system.
Dalam komunikasi umpan balik dapat diartikan sebagai respon, pegetahuan dan servomekanisme internal (Fisher,1978L 286-299) sebagai respon umpan balik adalah pesan yang dikirim dari penerima ke sumber.
Umpan balik sebagai peneguhan (reinforcement) bermula dari psikologi behavirisme, respon yang diperteguh akan mendorong orang untuk mengulangi prose tersebut. Umpan balik sebagai servomekanisme berasal dari mekanika.
Similasi Alat Indra
Dalam komunikasi interpersonal, seperti telah kita uraikan pada umpan balik, orang menerima stimulus melalui alat indara. Ia dapat mendengar, melihat, mencium, dan merasa ( bila perlu). Dalam kominikasi masa , stimulus alat indara bergantung pada pada jeenis media masa. ( Majalah, surat Kabr, dll).
Proporsi Isi Dan Hubungan
Setiap kominikasi melibatkan unsure unsure isi dan unsure hubungan sekaligus. Pada Komunikasi Interpersonal unsure hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi masa, unsure isilah yang penting.
6.1.2 Sejarah Penelitian Efek Komunikasi Kelompok
Pada malam tanggal 30 Oktober 1938 ribuan oramg amerika panic karena siaran radio yang menggambarkan seramgan makhlauk Mars yang menganvcam seluruh paradaban manusia. Barang kali tidak pernah terjadi sebelunya begitu banyak dari berbagai lapiasan masyarakat dan berbagai tempat di amerika serikat secara begitu mendadak. Dan begitu tegang tergoncangkan oelh apa yang terjadi pada waktu itu. “ begitu Hedlay Cantril memulai tulisannya tentang The Infasion Of Masrs. (Sch-ramm, 1977:579).
Mc Quil Merangkum semua penemuan penelitian pada periode sebangai berikut :
1. Ada kesepakatan bila Egek terjadi
2. Sudah Jelas Bawa efek berbeda benda bergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber komunikasi.
3. Makin sempurna memono[poli komunikasi massa
4. Sejauh mana suatu persoalan dianngap penting oleh khalayah akan mempengaruhi kemungkianan pengaruh media .
5. Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhui oleh pendfapat dan kepentigan yang ada dan oleh normma-norma kelompok.
6. Sudah jells juga bahwa hubungan interpersonal pada khalayak mengantarahi arus komunikasi , membatasi dan menentukan efek yang terjadi, (Mc Quil, 1975:47 48).



6.2 Faktor-faltor yang mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi Masa
Dalam keseharian ketertiban kita terhadap media massa sangat tinggi. Penggunaan waktu kita untuk media massa Iebih besar dibandingkan dengan aktivitas lain. Jefres mengemukakan beberapa alasan mengapa orang menggunakan media massa, yaitu:
1. situasi konsumsi/penggunaan media
2. pola penggunaan media massa
Dari masing-masing individu, penggunaan terhadap media massa mempunyai seleranya sendiri-sendiri, ada yang suka membaca surat kabar, menonton TV atau mendengarkan radio. Jefres menggambarkan adanya dua pendekatan yang digunakan untuk melihat mengapa terjadi perbedaan yang sifatnya individual seperti tersebut di atas, yaitu:
1. pendekatan kategori sosial
2. pendekatan uses and gratification
Kemudian Katz, Gurevitch dan Hass mengidentifikasi lima kelompok kebutuhan dalam hal penggunaan media, yaitu:
1. kebutuhan kognitif
2. kebutuhan afektif
3. kebutuhan integratif
4. kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan dunia luar
5. kebutuhan untuk melepaskan ketegangan

6.2.1 Teori Defleur dan Ball Rokeach tentang Pertemuan dengan media
Di samping kebutuhan akan penggunaan media, reaksi dari khalayak terhadap media massa juga ada. Menurut Melvin DeFleur dan Sandra Ball rakeach terdapat tiga perpektif tentang reaksi khalayak terhadap media, yaitu:
1. perspektif perbedaan invidual
2. perspektif kategori sosial
3. perspektif hubungan sosial

6.2.2 Pendekatan motivasi dan uses and garatication
Menurut para pendirinya Elihu Kats , Jay G, Blumler dan micel Gurevich , Uses and gratification mweneliti asalmula kebutuhan secara pesikologis dan social, yang menimbulakn harapan tertentu dari media masa dan atau sumber lain-;lain. Yang membaewa paola terdepan media yang belainan. Dan menimbulakan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain barangkai termasuk juga yang tidak kita inginkan. Kats , Blumler dan Gurevich( 1974: 20) maka juga merumuskan asumsi-asumsi darar dari teori teori ini.;
1. Khalayak dianggap aktif
2. Dalam  proses komunikasi masa banyak inisiatif.
3. Media massa harus bersaing dengan sember-se=umber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
4. Banyak tujuan pemilih media masa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak.
5. Penilaian tentang arti cultural dari media masa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya ( Blumler dan Katz, 1974:22).

6.3 Efek Komunikasi Massa
Efek Komunikasi massa adalah suatu efek yang berasal dari perlakuan media massa kepada kita. Ada 3 pendekatan dalam media massa yakni: efek media massa, perubahan pada diri khalayak komunikasi massa dan tinjauan suatu observasi yang dikenai efek komunikasi massa.

6.3.1 Efek Kehadiran Media Masa
Efek kehadiran masa secara fisik memberikan 5 efek yakni: efek ekonomis, efek sosial, efek penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari, efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media.
Pesan media massa memberikan efek kognitif, efektif dan behavioral kepada khalayak penerima. Selain efek-efek negatif media massa juga memberikan efek positif dengan menimbulkan efek prososial. Tiga wilayah efek prososial, antara lain efek terapetik, pengembangan kendali diri, kerja sama membagi dan membantu.

6.3.2 Efek Kognitif Komunikasi Masa
Komunikasi massa tiak secara langsung menimbulkan prilaku tertentu, tapi endrung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Citra inilha yang mempengaruhi cara kita berprilaku. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh individu melalui media massa, realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau disebut realitas tangan kedua (second hand reality). Karena proses selektif ini terjadi penggambaran yang salah oleh media dan timbullha apa yang disebut strereotype, yaitu gambaran umum tentng individu, kelompok, atau masyarakat yang tidak berubah-rubah seringkali timpang dn tidak benar.

6.3.3 Efek Afektif Kominkasi Massa
Pembentukan Dan Perubahan Sikap
Perubahan sikap yang berarti akibat pesan media massa masih menjadi perdbatan di kaangan ahli komunikasi.Charles K. Atkin menyimpulkan bahwa media massa dapat mempengaruhi orientasi efektif, tetapi dampaknya tidak sebesar orientasi kognitif.

Rangsangan Emosional

Media massa dapat menimbulkan rangsangan emosional terhadap khalayak. Para peneliti menemukan factor-faktor yang mempengaruhi intesintas rangsangan emosional pesan media massa. Adalah sebagai berikut :
1. Suasana emosioal (mood)
2. Suasana kognitif
3. Suasana terpaan (setting exposure)
4. Predisposisi individual
Tingkat idenfikasi khalayak dengan tokoh media massa



Rangsangan Seksual
Rangsangan emosional yang banyak dibicarakan oranng adalah rangsangan seksual akibat adegan-adegan merangsang dalam media massa. Bahan bahan erotis dalam Televisi, film, Buku dan sebagainya bias disebut porno grafi. Karena Istilah ini terlalu abstrak beberapa orang ahli menggunakan istilah SEM (sexually explicit materials ) atau erotica (tan, 1981: 231-242).
Stimulus erotis dadalah yang membangkitkan gairah sexsual – internal dan exsternal. Stimulus internal merupakan perangsang yang timbul dari mekanisme tubuh organism. Stimulus exsternal adalah petunjuk-petunjuk  (cues) yang bersifat fisual berupa Bau-bauan (olfactory) sentuhan (Tactual) atau Gerakan (kinesthetic).

6.3.4 Efek Behavioral Komunikasi Massa
Apakah media erotica, selain merangsang gairah seksual, juga menimbulkan perilaku seksual yang menyimpang?
Pada waktu membicarakan efek kehadiran masa, secara sepintas kita juga telah menyebutkan efek behavioral seperti pengalihan kegiatan dan penjadwalan pekerjaan sehari-hari.
Efek Prososial Behavioral
Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Hal yang sering diragukan orang adalah pengaruh prososial behavioral media elektronis sepeeti radio, televise, atau film. Ketiga media elektronis itu diberbagai Negara telah menunjukakn manfaatnya nyata dari siaran radio televise dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Colin Fraser (Media Asia, 1983) memberikan contoh sukses.
Teori psikologi yang dapat menjelaskan efek personal media massa adalah teori belajar social dari bandura (lihat halaman 32). Menurut bandura kita belajar bukan hanya saja dari pengalaman langsung , tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling).
Agresi sebagi Efek Komunikasi Massa
Menurut teori belajar social dari Bandura , orang yang cenderung meniru perilaku yang diamatinya ; Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya. “ Setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang lainyang menghinari perlakuan seperti Itu “ ( Buron dan Byrne, 1979; 405).
Media Massa menyediakan fantasi dan Pengalaman Wakilan ( vi-carious exsperiense ).  Kita puas melihat orang-orang jahat yang dihajar sampai babk belur, sehinnga kita tidask perlu menhajar booss, yang tidak dapat dilawan dikantor. Seorang Hipersek tidak biasa melakukan hubungan seksual exstramatrial menyalurkan nafsunya lewat film-film pornografis.
Teori kataris tampaknya logis dan dapat diterima . Implikasinya itu yang mengerikan : perbanyak film-film kekerasan supaya tindakan kejahatan berkurang; galakkan film-film pornologis supaya kejahatan sek menurun. Teori kataris memang cocok bagi produsen dan distributor , tetapi tidak cocok . kaum agama dan moralis lagi pula tidak cukup terbukti dengan penelitian ilmiyah.
Teori-Teori Efek Sosial Komunikasi Massa
Menurut Innis (1951), media mempengaruhi bentuk bentuk organisasi social . setiap media mempunyai kecenderungan, memihak rung dan Waktu,  communication bias. Media komunikasi membentuk jenis kebudayaan tertentu. Media lisan mengandung bias waktu karena sukar didengar dari jarak jauh , ini melahirkan masyarakat tradisional dan kekuasaan kelompok agama serta orang-orang tua . Media tuliasan memiliki bias ruang . ini melahirkan orang orang yang menilak tradisi meninggalkan mitos dan agama, serta berorientasi pada masa depan.
Dari Innis , Mc Luhan belajar banyak. Dipoles dengan teori Sapir Whorf yang menyatakan bahwa Bahasa mempengaruhi cara berfikir, lahirlah teori Medium Is The Massage ( sekai-kali dengan lincah Mc Luhan menggantinya menjadi “ medium is the massage “ atau “ Mediun is the Massage”). Menurut Mc Luhan media mempunyai tata bahasan nya sendiri. Tata bahasa ialah seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagi alat indra dalam hubunganya dengan penggunaan Media.
Herbner mengecam penelitian tradisional yang memlaah media massa sebagi suatu gejala yang terpisah dari system social. Dalam penelitian terdahulu difokuskan pada sikap kognitif, afektif dan behaviorial dan menyampingkan efek idiologis.
David P Philips (1982, 97-120) menyebutkan enam karakteristik Penularan Kultural :
6. Periode Inklubasi
7. Imunisasi
8. Penularan Khusu atau Umum
9. Kerentanan Untuk ditulari
10. Media Infeksi
11. Karantina
Menurut Philips , analogi tidak semuanya benar. Masih diperlukan penelitian lebh lanjut. Betepaun belum sempurnyan teori Philips , bersam,a dengan teoretisi-teoretisi lainnya, ia telah memberikan gambaran tentang efek-efek media Massa.

1 komentar:

  1. ini dari buku siapa, judulnya apa, penerbitnya siapa, brapa halamannya.??

    BalasHapus